Perebutan Kursi Presiden AS Memanas: Kamala Harris dan Donald Trump Saling Serang di Hari-Hari Terakhir Kampanye

Perebutan Kursi Presiden AS Memanas: Kamala Harris dan Donald Trump Saling Serang di Hari-Hari Terakhir Kampanye
Kamala Harris dan Donald Trump bertarung dalam Pilpres AS. Foto: fortune.com

Washington – Dengan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang hanya tinggal sepekan lagi, persaingan antara kandidat utama semakin sengit. Wakil Presiden Kamala Harris dari Partai Demokrat dan mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik kini memasuki tahap akhir kampanye mereka, dan suasana semakin panas menjelang hari penentuan.

Di dekat Gedung Putih, Selasa malam, Harris menyampaikan “pesan penutup” kepada para pemilih. Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya perubahan dan perbaikan bagi masa depan AS. Sementara itu, Trump fokus berkampanye di Pennsylvania, salah satu dari tujuh negara bagian penentu yang diprediksi akan sangat berpengaruh pada hasil pemilu.”Pertarungan kata-kata semakin panas, dengan kedua kandidat saling melontarkan kritik tajam dan serangan personal dalam upaya menarik pemilih yang masih bimbang,” tulis Anadolu, Rabu, 30 Oktober 2024.

Survei menunjukkan bahwa perebutan kursi presiden kali ini berada di posisi hampir imbang. Baik Harris maupun Trump terus bersaing ketat di negara-negara bagian kunci, semuanya masih dalam margin kesalahan, menunjukkan betapa sulitnya memprediksi hasil akhir.

Baca Juga:  Putin Siap Bertemu Trump untuk Negosiasi Perdamaian Ukraina

Menjelang pemilihan resmi pekan depan, lebih dari 49 juta orang telah memberikan suara lebih awal, baik melalui pos maupun secara langsung. Jika dibandingkan dengan antusiasme pemilu 2020, di mana lebih dari 155 juta orang memberikan suara, minat pemilih kali ini terlihat sangat tinggi.

Trump tak segan menyerang Harris dalam pidato kampanyenya, menyebutnya sebagai “sangat tidak kompeten” dan mengklaim bahwa kepemimpinannya akan membawa “kekacauan total” bagi negara. Namun, ia tidak menanggapi pertanyaan mengenai lelucon kontroversial yang muncul dalam salah satu acara kampanyenya.

Di sisi lain, Harris aktif meraih dukungan dari pemilih Latino, khususnya komunitas Puerto Riko yang berpotensi menjadi kunci di beberapa negara bagian. Kampanye digital baru dari Harris menyoroti pentingnya suara pemilih Latino dan pesan bahwa mereka “pantas mendapatkan lebih baik” daripada yang ditawarkan Trump.

Dengan lebih dari 300.000 pemilih Puerto Riko yang tinggal di Pennsylvania, negara bagian ini menjadi fokus penting bagi tim Harris. Ia pun menekankan bahwa sudah waktunya bagi AS untuk “membalik halaman” dari era Trump, mengingatkan pemilih akan tantangan yang mungkin muncul jika Trump kembali berkuasa.

Baca Juga:  Hasil Pemilu Amerika 2024: Donald Trump Menang

Di tengah ketatnya persaingan, kedua kandidat memiliki dukungan yang solid di 43 negara bagian, namun nasib pemilihan ditentukan oleh tujuh negara bagian kunci yang surveinya menunjukkan persaingan dalam margin kesalahan statistik.

Michigan, Pennsylvania, Wisconsin, Georgia, North Carolina, Arizona, dan Nevada adalah negara-negara bagian yang menjadi medan utama pertarungan kali ini. Hasil pemilihan akhir nanti akan bergantung pada suara di Electoral College, di mana pemenang membutuhkan setidaknya 270 dari 538 suara untuk meraih kursi kepresidenan.

Dengan semakin dekatnya hari pemilihan, setiap detik kampanye menjadi krusial, dan kedua kandidat terus berjuang keras untuk mempengaruhi suara pemilih yang belum memutuskan.

 

Baca Juga: Biden Undang Kontroversi Setelah Sebut Pendukung Trump ‘Sampah’