LOGIC.co.id – Musik memiliki kekuatan besar untuk menyampaikan emosi, menginspirasi gerakan sosial, atau bahkan menjadi alat protes. Namun, tidak semua lagu diterima dengan tangan terbuka. Sepanjang sejarah, ada banyak lagu yang dilarang diputar di berbagai negara karena alasan politik, moralitas, atau bahkan keamanan nasional. Artikel ini mengulas beberapa lagu yang dianggap terlalu kontroversial hingga akhirnya dicekal, sekaligus alasan di balik larangan tersebut.
1. Lagu dengan Muatan Politik: Ancaman bagi Pemerintah
Beberapa lagu dilarang karena liriknya yang dianggap menentang pemerintah atau menginspirasi pemberontakan.
-
Strange Fruit – Billie Holiday (1939)
Lagu ini mengecam lynching atau pembantaian rasial di Amerika Serikat. Dengan lirik puitis yang menggambarkan kekerasan terhadap warga kulit hitam, lagu ini dilarang di beberapa stasiun radio karena dianggap terlalu eksplosif secara politik.
-
God Save the Queen – Sex Pistols (1977)
Lagu ini dirilis pada masa perayaan Silver Jubilee Ratu Elizabeth II. Liriknya yang menyebut monarki sebagai “fasis” dan menyatakan bahwa Inggris “tidak memiliki masa depan” membuatnya dilarang diputar di seluruh jaringan BBC.
2. Lagu dengan Konten Agama: Menyinggung Keyakinan
Isu agama adalah alasan lain di balik pelarangan lagu.
-
Imagine – John Lennon (1971)
Meski dianggap sebagai lagu perdamaian, lirik “Imagine no religion” menuai kecaman dari kelompok religius. Beberapa negara konservatif, termasuk Arab Saudi, melarang lagu ini karena dianggap menentang nilai-nilai keagamaan. -
Like a Prayer – Madonna (1989)
Video musik lagu ini menunjukkan simbol-simbol Kristen seperti salib yang terbakar dan Madonna yang berdoa di depan patung Yesus berkulit hitam. Ini memicu kemarahan dari Vatikan dan beberapa negara, yang kemudian melarang lagu tersebut.
3. Lagu dengan Tema Kekerasan dan Seksual
Lirik eksplisit tentang kekerasan atau seks sering menjadi alasan pemblokiran lagu.
-
Cop Killer – Body Count (1992)
Lagu ini dianggap sebagai seruan kekerasan terhadap aparat kepolisian di Amerika Serikat. Beberapa kelompok polisi mendesak pelarangan lagu ini, dan akhirnya, lagu tersebut ditarik dari album oleh label rekaman.
-
Blurred Lines – Robin Thicke feat. T.I. & Pharrell (2013)
Lagu ini dilarang di lebih dari 20 universitas di Inggris karena dianggap mempromosikan budaya pemerkosaan melalui liriknya yang ambigu.
4. Lagu dengan Muatan Politik Lokal: Sensor di Negara-Negara Tertentu
-
Do They Know It’s Christmas? – Band Aid (1984)
Lagu ini dilarang di Ethiopia karena dianggap menggambarkan negara itu secara stereotip sebagai korban kelaparan dan kemiskinan tanpa melihat sisi positifnya.
-
Despacito – Luis Fonsi feat. Daddy Yankee (2017)
Lagu ini dilarang di Malaysia karena dianggap terlalu vulgar untuk diputar di ruang publik, meskipun menjadi hits global.
5. Larangan yang Tidak Terduga: Alasan Unik dan Anehnya
Ada juga beberapa lagu yang dilarang karena alasan yang tidak biasa:
-
My Way – Frank Sinatra (1969)
Di Filipina, lagu ini sering kali menjadi penyebab perkelahian fatal di karaoke. Fenomena ini dikenal sebagai “My Way Killings”, sehingga beberapa bar memutuskan untuk melarang lagu tersebut demi keamanan pengunjung.
-
Louie Louie – The Kingsmen (1963)
Lagu ini diselidiki oleh FBI selama dua tahun karena dugaan lirik vulgar. Meskipun akhirnya tidak terbukti, beberapa stasiun radio tetap melarangnya karena kekhawatiran publik.
Mengapa Lagu Dilarang?
Pelarangan lagu sering kali mencerminkan dinamika sosial, politik, dan budaya di suatu wilayah. Alasan utama pelarangan meliputi:
- Sensitivitas Budaya dan Agama: Lagu yang dianggap menyinggung keyakinan atau tradisi tertentu.
- Konten Vulgar atau Kekerasan: Lirik yang mengandung unsur seksual eksplisit atau menyerukan kekerasan.
- Isu Politik: Lirik yang mengkritik pemerintah atau sistem yang berkuasa.
- Pengaruh Sosial: Ketakutan bahwa lagu tersebut dapat memicu kerusuhan atau perilaku yang tidak diinginkan.
Dampak Censorship terhadap Musik
Sensor lagu sering kali menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, pelarangan dapat menenangkan pihak-pihak yang merasa tersinggung. Di sisi lain, tindakan ini sering kali meningkatkan popularitas lagu tersebut karena rasa penasaran publik. Lagu seperti “God Save the Queen” dan “Cop Killer” menjadi simbol perlawanan bagi generasi tertentu, mengubahnya menjadi karya ikonik.
Kesimpulan
Larangan terhadap lagu menunjukkan betapa kuatnya musik dalam memengaruhi masyarakat. Meski menghadapi berbagai hambatan, lagu-lagu yang dilarang sering kali justru abadi dalam ingatan, mewakili kebebasan berekspresi, protes, atau perlawanan. Musik terus menjadi cerminan dinamika masyarakat global yang penuh kompleksitas.