Konsumsi Junk Food Setiap Hari, Bocah 12 Tahun Alami Kebutaan

Konsumsi Junk Food Setiap Hari, Bocah 12 Tahun Alami Kebutaan
Ilustrasi anak sd sedang jajan (DOK: tirto)

Jakarta, LOGIC.co.id – Seorang anak berusia 12 tahun di Massachusetts, Amerika Serikat, mengalami kebutaan setelah bertahun-tahun hanya mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food. Kasus ini baru-baru ini dilaporkan dalam The New England Journal of Medicine.

Anak tersebut, yang memiliki kebutuhan khusus, hanya makan junk food seperti hamburger, kentang goreng, donat, dan jus kemasan setiap hari. Kondisi ini disebabkan oleh fobia terhadap tekstur makanan tertentu, yang membuat orang tuanya kesulitan mengenalkan makanan bernutrisi yang penting bagi kesehatannya.

Penurunan Penglihatan yang Signifikan di Usia Dini

Pada awal 2024, bocah ini mulai mengeluhkan masalah penglihatan. Ia mengalami penglihatan buram pada pagi dan malam hari, meskipun masih dapat melihat dengan jelas di siang hari. Seiring waktu, penglihatannya memburuk dengan sangat cepat hingga pada suatu malam ia kehilangan penglihatan sepenuhnya.

Baca Juga:  Arab Saudi Hentikan Upaya Perjanjian Pertahanan AS Akibat Kebuntuan dengan Israel

Orang tuanya segera membawanya ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa anak ini mengalami defisiensi nutrisi parah yang memengaruhi saraf optiknya. Kurangnya nutrisi esensial menyebabkan atrofi atau penyusutan pada saraf optiknya, yang sudah tidak bisa dipulihkan saat ditemukan.

Sulit Dipulihkan, Pengobatan Hanya Menyediakan Suplementasi

Para dokter di rumah sakit memberikan suplemen vitamin A, C, D, dan K, serta mineral seperti kalsium, tiamin, tembaga, dan zinc untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Melalui terapi perilaku, bocah tersebut mulai dapat menerima keju dan selada pada hamburgernya, sementara orang tuanya juga mencoba menambahkan suplemen ke dalam jus kemasan, meskipun si anak masih enggan menerimanya.

Baca Juga:  Gereja Setan Masuk Kurikulum Sekolah Dasar: Ini yang Akan Diajarkan

Namun, sayangnya, semua upaya ini belum membuahkan hasil yang memulihkan penglihatannya. Para peneliti dari laporan tersebut menulis bahwa “kerusakan parah pada penglihatan sulit dipulihkan jika sudah mencapai tahap lanjut.”