Awas Perang Dunia 3, Intelijen AS Ungkap Risiko Serangan Nuklir Rusia

Sebuah rudal jelajah AGM-86B tak bersenjata diluncurkan dari B-52H Stratofortress di atas Utah selama uji coba senjata nuklir pada 22 September 2014. (Foto: Reuters)

Jakarta, LOGIC.co.id – Intelijen Amerika Serikat (AS) memaparkan analisis terbaru terkait kemungkinan serangan nuklir Rusia. Menurut mereka, meskipun terdapat ancaman agresif dari Presiden Vladimir Putin, potensi serangan nuklir di masa mendatang dinilai sangat kecil.

Mengutip laporan dari Reuters pada Kamis (28/11/2024), lima narasumber yang terlibat dalam analisis tersebut menyatakan bahwa keputusan AS mengizinkan Ukraina menggunakan senjata canggih untuk menyerang Moskow tidak akan meningkatkan risiko eskalasi nuklir. Narasumber tersebut terdiri atas dua pejabat senior, seorang anggota parlemen, dan dua staf kongres yang telah mendapat pengarahan langsung.

Rusia Meningkatkan Kampanye Sabotase

Alih-alih menggunakan nuklir, Rusia kemungkinan besar akan memperluas aksi sabotase terhadap target di Eropa sebagai bentuk tekanan terhadap negara-negara Barat yang terus mendukung Kyiv. Langkah ini diperkirakan menjadi bagian dari strategi Rusia untuk merespons bantuan militer yang diterima Ukraina dari negara-negara NATO.

Baca Juga:  AS Tempatkan Rudal Typhon di Filipina: Ketegangan di Indo-Pasifik Meningkat

Intelijen AS menyebutkan bahwa penilaian terhadap risiko nuklir Rusia telah berlangsung selama tujuh bulan terakhir. Hingga saat ini, pandangan tersebut tetap konsisten meskipun Presiden Joe Biden baru-baru ini melonggarkan aturan penggunaan senjata Amerika.

Rudal ATACMS Tidak Picu Eskalasi Nuklir

Salah satu isu yang menjadi perhatian utama adalah penggunaan rudal jarak jauh Amerika, ATACMS, yang memiliki jangkauan hingga 306 kilometer. Seorang ajudan kongres mengungkapkan bahwa intelijen AS menilai pengiriman ATACMS ke Ukraina tidak akan memengaruhi perhitungan nuklir Rusia.

“Penilaiannya konsisten: ATACMS tidak akan mengubah kalkulasi nuklir Rusia,” ungkap ajudan tersebut.

Sementara itu, seorang pejabat AS menambahkan bahwa Rusia tidak akan mengambil langkah untuk meningkatkan kekuatan nuklir secara signifikan. Sebaliknya, Rusia kemungkinan hanya akan menyesuaikan diri dengan apa yang mereka pandang sebagai peningkatan kekuatan militer AS.

Baca Juga:  Arab Saudi Hentikan Upaya Perjanjian Pertahanan AS Akibat Kebuntuan dengan Israel

Kekhawatiran di Gedung Putih dan Pentagon

Keputusan AS untuk memberikan senjata canggih kepada Ukraina sebelumnya memicu perdebatan di dalam pemerintahan Biden. Beberapa pejabat di Gedung Putih, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri sempat khawatir bahwa langkah ini dapat memicu serangan balasan terhadap personel militer dan diplomatik AS atau bahkan serangan terhadap sekutu NATO.

Namun, perubahan strategi dilakukan setelah Korea Utara (Korut) mulai terlibat lebih aktif dalam konflik. Faktor ini menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Biden, terutama menjelang pemilihan presiden AS yang akan datang.

Dukungan Internasional Tetap Kritis

Sementara ketegangan terus meningkat, dukungan internasional untuk Ukraina tetap menjadi elemen penting dalam mencegah eskalasi lebih lanjut. Namun, para ahli menekankan bahwa setiap langkah strategis perlu dipertimbangkan dengan matang guna menghindari potensi konflik global yang lebih besar.