JAKARTA, LOGIC.co.id – Industri tekstil Indonesia menghadapi masalah serius, dengan 30 pabrik terpaksa tutup dan lebih dari 11.200 pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, mengungkapkan bahwa penutupan pabrik tekstil ini telah terjadi dalam dua tahun terakhir.
“Dalam dua tahun terakhir, sudah ada 30 pabrik tekstil yang tutup. Terbaru, PT Primissima, sebuah BUMN, juga terpaksa berhenti beroperasi,” ujar Redma dalam keterangan kepada CNBC, Minggu (17/11/2024).
Penutupan ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari krisis ekonomi global hingga kebijakan dalam negeri yang mempengaruhi daya saing industri tekstil Indonesia. Lebih dari 11.207 pekerja terpaksa dirumahkan, meskipun angka tersebut belum mencakup seluruh PHK karena beberapa perusahaan tidak melaporkan jumlah pastinya.
Berikut adalah daftar 30 perusahaan tekstil yang tutup atau berhenti produksi sejak Triwulan II tahun 2022:
- PT DELTA MERLIN TEKSTIL II DUNIATEX GRUP (PHK 924 orang)
- PT PULAUMAS TEKSTIL (PHK 460 orang)
- PT WISKA SUMEDANG (Tutup & PHK 700-an orang)
- PT ARGO PANTES – BEKASI
- PT GRAND PINTALAN
- PT KABANA (PHK 1.200-an orang)
- PT LAWE ADYAPRIMA
- PT DELTA MERLIN TEKSTIL I DUNIATEX GRUP (PHK 660 orang)
- PT ASIA CITRA PRATAMA
- PT TUNTEX (Tutup & PHK 1.163 orang)
- PT EFENDI TEXTINDO
- PT FOTEXCO BUSANA INTERNATIONAL
- PT STARPIA (Tutup)
- PT KUSUMA GROUP (3 perusahaan tutup & PHK 1.500-an orang)
- PT SAI APAREL (Relokasi sebagian)
- PT LUCKY TEKSTIL (PHK 100 orang)
- PT CHINGLUH (2.000-an pekerja)
- PT DJONI TEXINDO
- PT KAHA APOLLO UTAMA
- AGUNGTEX GRUP (2.000-an orang dirumahkan)
- PT NIKOMAS (Ribuan pekerja bertahap dirumahkan)
- PT ALENATEX (Tutup & PHK 700-an orang)
- PT DAMATEX
- PT CENTEX – SPINNING MILLS
- PT PISMATEX (Pailit & PHK 1.700-an orang)
- PT GRAND BEST (PHK 300 orang)
- PT ADETEX (500-an orang dirumahkan)
- PT HS APAREL (Tutup)
- PT MULIA CEMERLANG ABADI
- PT PRIMISSIMA (Tutup, belum tercatat)
Industri tekstil di Indonesia memang padat karya, sehingga penutupan pabrik mempengaruhi banyak pekerja sekaligus. Meskipun secara tahunan sektor ini mengalami pertumbuhan, angka PHK yang tinggi menunjukkan tantangan besar yang dihadapi sektor ini.
Sebagai catatan, data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatatkan 59.796 pekerja terkena PHK sepanjang Januari hingga Oktober 2024, dengan 25.000 pekerja di antaranya kehilangan pekerjaan dalam tiga bulan terakhir.
Sejumlah perusahaan tekstil juga terancam bangkrut dan sedang menunggu keputusan Pengadilan terkait Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), seperti PT Sri Rejeki Isman (Sritex), PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT), dan PT Pan Brothers Tbk.
“Industri tekstil mengalami penurunan yang cukup signifikan, dan kondisi ini sangat memengaruhi banyak pekerja di sektor tersebut,” ujar Yassierl, seorang pejabat Kementerian Ketenagakerjaan, dalam keterangan resmi yang diterima pada Kamis (31/10/2024).