JAKARTA, LOGIC.co.id – Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan terhadap dolar AS sehari setelah pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Data dari Bloomberg mencatat, kurs rupiah menguat sebesar 0,48 persen ke level Rp 15.858 per dolar AS pada Kamis (28/11/2024) pukul 09.44 WIB.
Penguatan ini terjadi meskipun indeks dolar AS turut mengalami kenaikan tipis di kisaran 106,17 pada pagi hari yang sama.
Faktor Penggerak Penguatan Rupiah
Menurut pengamat pasar uang Ariston Tjendra, penguatan rupiah kali ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Salah satu faktor utamanya adalah penurunan indeks dolar AS, yang sebelumnya berada di level 106,80 pada Rabu (27/11/2024).
“Penurunan ini sejalan dengan meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve pada bulan Desember. Berdasarkan survei CME, probabilitas pemangkasan naik menjadi 70 persen, dibandingkan sebelumnya 59 persen,” ujar Ariston, Kamis (28/11/2024).
Ariston menjelaskan, inflasi AS yang konsisten berada di bawah 2,5 persen selama tiga bulan terakhir memperkuat ekspektasi pasar bahwa inflasi dapat terus menurun. Hal ini memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
“Ekspektasi pemangkasan suku bunga ini berpotensi mengurangi tekanan dolar AS terhadap rupiah,” tambahnya.
Tekanan Regional Masih Membayangi
Meski begitu, sentimen regional turut memberikan pengaruh pada pergerakan mata uang. Pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump mengenai kemungkinan kenaikan tarif impor barang masuk ke AS menciptakan tekanan di pasar Asia.
“Nilai tukar mata uang di kawasan Asia terlihat melemah terhadap dolar AS, dan kondisi ini bisa berdampak pada rupiah,” jelas Ariston.
Proyeksi Nilai Tukar Rupiah
Ariston memproyeksikan pergerakan rupiah hari ini berada dalam kisaran:
- Potensi penguatan: Rp 15.880 – Rp 15.900 per dolar AS
- Potensi pelemahan: Hingga Rp 15.950 per dolar AS
Namun, ia menekankan bahwa sentimen eksternal akan tetap menjadi penentu utama pergerakan rupiah dalam jangka pendek.