Berita, Hot  

Banyak Warga Golput, Partisipasi Pemilih Pilkada 2024 di Kota Bekasi Hanya 60%

Ilustrasi Golput (Foto: LOGIC.co.id)

Bekasi, LOGIC.co.id – Angka partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 di Kota Bekasi menunjukkan tren yang memprihatinkan. Menurut Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bekasi, persentase pemilih yang hadir di tempat pemungutan suara (TPS) hanya sekitar 50-60% dari total pemilih terdaftar, mengindikasikan tingginya angka golongan putih (golput).

Afif Fauzi, anggota KPU Kota Bekasi, menyatakan bahwa jumlah warga yang datang ke TPS lebih rendah dibandingkan target yang telah ditetapkan.

“Bisa 50-60% memang warga datang ke TPS,” ujar Afif kepada LOGIC.co.id, Kamis (28/11/2024).

Target Partisipasi Pemilih Tidak Tercapai

Pada Pilkada 2024, KPU Kota Bekasi menargetkan tingkat partisipasi pemilih mencapai 79%, naik dari partisipasi sebesar 74% pada Pilkada 2018. Namun, berdasarkan hasil pemantauan sementara, angka tersebut tampaknya sulit dicapai.

Baca Juga:  Hasil Quick Count Pilkada Sumatera Selatan 2024: Herman-Ujang Memimpin dengan 72,59 Persen

“Dengan temuan di 50-60%, bisa saja partisipasi kali ini berada di bawah 70%, lebih rendah dibanding Pilkada 2018,” tambah Afif.

Faktor lain yang turut memengaruhi rendahnya tingkat partisipasi adalah banyaknya surat undangan yang tidak terdistribusi. Dalam sejumlah TPS, ditemukan hingga 70 undangan pemilih yang tidak sampai ke tangan warga.

“Ada TPS dengan 70 surat undangan yang tidak terdistribusi, bahkan ada yang lebih banyak dari itu,” jelas Afif.

Baca Juga:  Pentingnya Cermat Memilih Kepala Daerah di Pilkada 2024

Evaluasi dan Tantangan KPU

Jumlah pemilih di Kota Bekasi berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 1.828.740 orang, terdiri dari 898.283 laki-laki dan 930.457 perempuan. Dengan angka partisipasi yang rendah, KPU Kota Bekasi berencana melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses Pilkada 2024.

“Pasti ada evaluasi besar. Pilkada serentak ternyata tidak berdampak signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Ini menjadi catatan penting bagi kami,” ungkap Afif.

Rendahnya minat warga untuk menggunakan hak pilih juga menjadi tantangan bagi pelaksanaan Pilkada di masa depan. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan baru dalam meningkatkan kesadaran politik masyarakat.