Survei: 37 Persen Pengusaha Lebih Suka Pekerjakan AI Dibanding Gen Z

Gen Z vs AI
Ilustrasi Gen Z vs AI (Foto: LOGIC.co.id)

LOGIC.co.id – Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) mulai menggeser posisi manusia, termasuk generasi muda. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hult International Business School, sebanyak 37 persen pengusaha mengaku lebih suka mempekerjakan AI dibandingkan lulusan baru dari Generasi Z (Gen Z).

Survei ini melibatkan 1.600 pemberi kerja, baik yang berstatus sebagai pemilik usaha maupun pemberi kerja penuh waktu, dan menunjukkan tren menarik dalam preferensi tenaga kerja masa kini.

Pengusaha Lebih Memilih AI

Hasil survei mengungkapkan bahwa hampir 40 persen pemberi kerja lebih memilih mempekerjakan robot daripada lulusan baru. Bahkan, secara keseluruhan, 89 persen pengusaha menghindari mempekerjakan Gen Z, dengan alasan bahwa:

  1. Tidak Memiliki Pengalaman Dunia Nyata
    Sebanyak 60 persen pengusaha menilai lulusan baru kekurangan pengalaman praktis yang relevan di dunia kerja.

  2. Kurang Kemampuan Bekerja Sama dalam Tim
    Sebanyak 55 persen responden mengatakan bahwa Gen Z sulit untuk bekerja secara efektif dalam kelompok.

  3. Minim Bakat Utama
    Sekitar 98 persen pengusaha mengaku kesulitan menemukan bakat utama dari generasi ini.

  4. Pendidikan Tinggi Dinilai Kurang Memadai
    Sebanyak 96 persen pemberi kerja merasa bahwa sistem pendidikan tinggi gagal mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja.

Baca Juga:  Cara Mengaktifkan Meta AI di WhatsApp Panduan Lengkap dan Mudah

Penyesalan dari Lulusan Baru

Dalam survei yang sama, ditemukan fakta menarik bahwa banyak lulusan baru merasa tidak puas dengan pendidikan mereka:

  • 77 persen lulusan baru mengatakan mereka belajar lebih banyak dalam enam bulan bekerja dibandingkan empat tahun di bangku kuliah.
  • Sebanyak 94 persen lulusan menyesali pilihan gelar mereka, dengan 43 persen merasa salah memilih jurusan.

Pendidikan Perlu Berubah

Martin Boehm, Wakil Presiden Eksekutif dan Dekan Global Program Sarjana di Hult International Business School, menegaskan pentingnya reformasi dalam dunia pendidikan tinggi.

“Teori saja tidak lagi cukup. Perguruan tinggi harus bergerak cepat mengikuti perkembangan teknologi dan fokus pada pengembangan keterampilan serta pola pikir yang dibutuhkan untuk pembelajaran berkelanjutan,” ujar Boehm.

Baca Juga:  Fakta DeepSeek, AI China Cerdas Pesaing ChatGPT

Menurutnya, dunia kerja modern yang penuh dengan volatilitas dan kemajuan teknologi membutuhkan pendekatan baru dalam sistem pendidikan, terutama di bidang bisnis.

Gen Z di Dunia Kerja

Laporan lain dari Freedom Economy Index oleh PublicSquare dan RedBalloon turut memperkuat temuan ini. Sebanyak 68 persen pemilik usaha kecil menyebutkan bahwa Gen Z adalah kelompok karyawan yang paling tidak dapat diandalkan. Selain itu, 71 persen pengusaha mengatakan generasi ini lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental di tempat kerja.

Ke depan, pengusaha dan institusi pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menjembatani kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki Gen Z dan kebutuhan dunia kerja, sembari bersaing dengan keunggulan teknologi seperti AI.

 

Simak Breaking News nasional dan internasional pilihan terbaik langsung di ponselmu. Ikuti WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029Vb4FeCF0QeapYGGs0y0r