Jakarta Logic.co.id – The Central Japan Economic and Trade Bureau baru-baru ini menggelar seminar bertema baterai dan kendaraan listrik yang membuat para pemain otomotif Jepang tercengang. Dalam acara ini, mobil listrik BYD Atto 3 yang dibawa sebagai sampel berhasil membuat peserta tertegun, bukan hanya karena teknologinya, namun karena harga yang luar biasa murah.
Dikutip dari Nikkei, Kamis (24/10), BYD Atto 3 ditampilkan bersama Tesla Model Y dalam sesi bedah spesifikasi. Namun, fokus peserta seminar dari 70 perusahaan berbeda langsung tertuju pada satu pertanyaan: Kenapa harga BYD Atto 3 bisa semurah itu?
Harga Mencengangkan: BYD Atto 3 Bikin Salfok!
Di China, BYD Atto 3 dijual mulai dari 140 ribu yuan atau sekitar Rp 306 juta. Di Jepang, harga melonjak menjadi 4,5 juta yen atau Rp 460 juta, sementara di Indonesia sedikit lebih tinggi pada kisaran Rp 465 juta (on the road Jakarta). Dibandingkan harga mobil listrik lainnya dengan teknologi serupa, angka ini membuat banyak pihak mengerutkan dahi.
Salah satu peserta seminar bahkan langsung bertanya, “Bagaimana mungkin harga BYD Atto 3 bisa serendah itu? Apakah ada perbedaan komponen dibandingkan mobil listrik Jepang?”
Rahasia di Balik Harga Murah: Komponen Terintegrasi dan Subsidi Silang
BYD mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama yang membuat Atto 3 lebih terjangkau adalah integrasi komponen. Pada perangkat penggerak listrik “E-Axle,” BYD memadukan motor, inverter, dan reducer dengan delapan komponen lain seperti pengisi daya dan konverter DC-DC dalam satu sistem terpadu.
Selain itu, BYD memanfaatkan skema “subsidi silang.” Penjualan mobil yang tinggi memungkinkan BYD mengalihkan keuntungan untuk menurunkan biaya produksi, sehingga harga jual mobil bisa lebih murah.
Pandangan Berbeda dari Jepang: Antara Efisiensi dan Standar Kualitas
Kenichi Ito, Direktur Sanyo Trading, mengungkapkan keheranannya. “Produsen China seperti BYD berani mengadopsi strategi produksi berbiaya rendah yang fokus pada efisiensi komponen. Pendekatan mereka berbeda sekali dengan standar kualitas produsen Jepang,” katanya.
Sho Kato, Kepala Departemen Nissin Seiki, bahkan menyatakan terkesan dengan minimnya komponen yang digunakan BYD dan Tesla, membuatnya berharap bisa mengadaptasi strategi serupa untuk memasuki pasar kendaraan listrik.
Apakah Strategi BYD Akan Mengguncang Industri Otomotif Jepang?
Dengan harga terjangkau dan teknologi terintegrasi, BYD berhasil memanfaatkan setiap peluang untuk meraih pangsa pasar yang lebih luas. Kini, pertanyaannya: apakah Jepang akan mengikuti strategi berani ini atau tetap setia pada standar kualitas mereka?