CEO TikTok Pernah Magang di Facebook hingga Memimpin Platform Global

Shou Zi Chew
Ceo TikTok Shou Zi Chew (Foto: LOGIC.co.id)

LOGIC.co.idShou Zi Chew, CEO TikTok, tengah menjadi sorotan. Pemimpin platform berbagi video pendek ini menghadapi tantangan besar dengan ancaman pemblokiran TikTok di Amerika Serikat (AS). Pemerintah AS memberikan ultimatum kepada ByteDance, induk TikTok, untuk melakukan divestasi atau menjual TikTok kepada perusahaan AS, jika ingin terus beroperasi di negara tersebut.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa perjalanan karier Shou Zi Chew dimulai dari sebuah magang di Facebook, perusahaan yang kini menjadi salah satu pesaing TikTok.

Karier Dimulai dari Harvard dan Facebook

Saat menempuh gelar master di Harvard Business School sekitar tahun 2008, Chew pernah magang di Facebook. Pengalaman ini ia bagikan dalam sebuah wawancara di situs alumni Harvard Business School.

“Saya bekerja di sebuah startup bernama Facebook,” kata Chew, mengenang masa magangnya di perusahaan yang saat itu masih berkembang.

Di Harvard pula, Chew bertemu Vivian Kao, yang kini menjadi istrinya. Keduanya sama-sama magang di perusahaan rintisan di California.

Pengalaman Global dan Kiprah di Xiaomi

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Chew kembali ke London, Inggris, di mana ia sebelumnya meraih gelar sarjana ekonomi di University College London. Perjalanan kariernya kemudian membawanya ke berbagai negara, termasuk Singapura, Hong Kong, dan China.

Baca Juga:  Red Note Jadi Nomor 1 di App Store, Siap Geser TikTok di AS

Tahun 2015, Chew bergabung dengan Xiaomi sebagai Chief Financial Officer (CFO). Di bawah kepemimpinannya, Xiaomi berhasil melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada tahun 2018.

TikTok dan Popularitas Global

Tahun 2021, Shou Zi Chew bergabung dengan ByteDance sebagai CFO. Tak lama berselang, ia dipercaya menjadi CEO TikTok. Di bawah kepemimpinannya, TikTok mencatatkan pertumbuhan pesat dengan 1,5 miliar pengguna global, termasuk 170 juta pengguna di AS.

TikTok menjadi salah satu platform non-AS yang mampu menembus pasar internasional. Bahkan, TikTok kini dianggap sebagai trendsetter dalam format video pendek, menginspirasi platform lain seperti Instagram Reels dan YouTube Shorts.

Persaingan dengan Meta dan Zuckerberg

Ironisnya, Mark Zuckerberg, CEO Meta, pernah mencoba membeli Musical.ly—platform yang kemudian diakuisisi ByteDance dan digabungkan dengan TikTok pada tahun 2017. Namun, upaya tersebut gagal, dan TikTok justru melampaui dominasi Facebook di pasar video pendek.

Baca Juga:  Ini Penyebab Penghasilan TikTok Shop Minus: Curhat Seller Sneakers

Meta mencoba menyaingi TikTok dengan meluncurkan aplikasi serupa bernama Lasso pada tahun 2018. Sayangnya, Lasso hanya bertahan hingga tahun 2020 sebelum dihentikan.

Zuckerberg bahkan pernah mengkritik TikTok, menyebutnya sebagai ancaman terhadap kebebasan berekspresi global. Namun, ia juga mengakui bahwa isu keamanan data pengguna adalah masalah serius yang perlu diperhatikan.

Chew Menepis Tuduhan Ancaman Keamanan

Dalam berbagai sidang kongres, Chew menegaskan bahwa TikTok tidak menjadi ancaman keamanan nasional. Ia bahkan menyinggung skandal Facebook dan Cambridge Analytica pada tahun 2018 sebagai contoh buruk pengelolaan data oleh perusahaan AS.

“Masalahnya bukan kepemilikan perusahaan, tetapi bagaimana memastikan perlindungan data pengguna dari akses asing yang tidak diinginkan,” kata Chew dalam salah satu sidang.

Chew tetap optimis menghadapi tantangan ini, dengan fokus pada peningkatan keamanan data dan transparansi, untuk mempertahankan kepercayaan pengguna global.

 

Simak Breaking News nasional dan internasional pilihan terbaik langsung di ponselmu. Ikuti WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029Vb4FeCF0QeapYGGs0y0r