Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, LOGIC.co.id – Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur meletus pada Senin (4/11/2024) dini hari, menyebabkan bencana yang menelan korban jiwa dan berdampak pada ribuan warga. Berdasarkan laporan dari Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Fredy Moat Aeng, setidaknya 10 orang meninggal dunia akibat tertimpa material letusan, sementara ribuan lainnya terdampak langsung dan harus dievakuasi dari zona bahaya.
Letusan tersebut menjadi salah satu peristiwa vulkanik paling signifikan yang dialami Flores Timur dalam beberapa tahun terakhir. Dari 10 korban jiwa yang tercatat, sembilan orang di antaranya merupakan penduduk Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, dan enam dari mereka merupakan satu keluarga yang terperangkap di bawah reruntuhan rumah. Lontaran material berupa batu besar dan pasir menimpa rumah warga, menyebabkan kerusakan parah yang mempersulit proses penyelamatan.
Langkah Mitigasi Sebelum Letusan: Radius Aman Diperluas
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM telah melakukan sejumlah upaya mitigasi sebelum letusan besar terjadi. Menyadari peningkatan aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki sejak akhir Oktober, PVMBG memperluas radius aman pada Jumat (1/11/2024). Masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 3,5 km dari pusat erupsi, dengan sektoral hingga 5 km pada sektor timur laut. Langkah ini diambil setelah pengamatan selama 23 Oktober-1 November 2024 menunjukkan peningkatan aktivitas, termasuk erupsi harian dengan kolom abu mencapai ketinggian 500 hingga 1.000 meter.
Peningkatan aktivitas tersebut ditandai dengan erupsi strombolian, di mana api terlihat memancar dari puncak gunung pada malam hari, mengindikasikan aliran material panas yang signifikan. Akan tetapi, pada Sabtu (2/11) dan Minggu (3/11), erupsi mendadak berhenti. Menurut Kepala PVMBG P. Hadi Wijaya, fenomena ini disebabkan oleh sumbat material di dalam kawah yang meningkatkan tekanan internal, memicu potensi letusan lebih besar.
Kondisi Mencekam Saat Letusan Terjadi
Letusan pertama Gunung Lewotobi Laki-laki terjadi pada Minggu (3/11/2024) pukul 23.57 WITA, hanya tiga menit sebelum PVMBG meningkatkan status dari Siaga (Level III) ke Awas (Level IV). Tanpa adanya tanda-tanda kolom asap yang jelas, erupsi pertama terdeteksi melalui seismogram dengan amplitudo maksimal 47,3 mm selama 24 menit. Letusan ini diikuti oleh lontaran material vulkanik yang menghantam dan membakar rumah-rumah warga di sekitar lereng gunung.
Kondisi semakin parah dengan terjadinya hujan badai disertai petir pada saat yang bersamaan, yang menyebabkan padamnya aliran listrik di sejumlah desa. Kondisi ini membuat proses evakuasi warga semakin sulit karena minimnya penerangan dan akses jalan yang terganggu. Banyak warga yang sempat terjebak dalam suasana mencekam ini hingga Senin (4/11) pukul 03.00 WITA. Selain itu, letusan kedua dan ketiga terjadi pada Senin dini hari, dengan intensitas yang lebih kecil namun tetap berdampak luas pada wilayah terdampak.
Upaya Penyelamatan dan Status Tanggap Darurat
Dalam menanggapi bencana ini, BPBD Flores Timur bekerja sama dengan PVMBG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Basarnas untuk mengevakuasi warga dan menyiapkan zona pengungsian aman sejauh 7 km dari puncak Gunung Lewotobi Laki-laki. Tim dari Basarnas Maumere mengerahkan 20 personel untuk membantu penyelamatan korban di wilayah terdampak. Akses menuju lokasi bencana sangat sulit karena jalan tertutup reruntuhan pohon yang tumbang akibat erupsi, dan jarak tempuh ke sejumlah desa terdampak cukup jauh.
Dilaporkan, setidaknya tiga kecamatan terdampak langsung oleh letusan, yaitu Kecamatan Wulanggitang dengan enam desa, Kecamatan Ile Bura dengan empat desa, dan Kecamatan Titehena dengan empat desa lainnya. Melihat dampak yang luas ini, Pemerintah Kabupaten Flores Timur telah menetapkan status tanggap darurat hingga 31 Desember 2024, dengan harapan dapat memulihkan kondisi dan memberikan bantuan kepada warga yang kehilangan tempat tinggal.
Evaluasi dan Upaya Mitigasi Lebih Lanjut
PVMBG mengakui perlunya evaluasi menyeluruh terhadap kesiapan mitigasi bencana, terutama terkait komunikasi dan peringatan dini di daerah rawan bencana vulkanik. Kepala PVMBG P. Hadi Wijaya menyatakan bahwa pihaknya akan meninjau kembali sistem pengawasan dan pengumuman status guna memastikan tindakan antisipatif dapat berjalan lebih cepat. PVMBG juga akan bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengkaji penyebab teknis di balik sumbat material yang menyebabkan letusan besar dan dampaknya terhadap mitigasi bencana di masa mendatang.
Tragedi letusan Gunung Lewotobi Laki-laki ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan dan penanganan bencana alam di wilayah-wilayah rawan vulkanik seperti Nusa Tenggara Timur. Ke depan, koordinasi yang lebih baik antara lembaga vulkanologi, BPBD, dan pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan keselamatan warga di kawasan tersebut.
Baca Juga: Gunung Lewotobi: Pesona Alam dan Legenda Mistis di Flores