Gen Z di China Rela Bangun Pagi untuk Bekerja di 4 Tempat demi Financial Freedom

Ilustrasi Gen Z China (Foto: RICHARD STONEHOUSE/AFP)

LOGIC.co.id – Sebuah kisah inspiratif dari China baru-baru ini menjadi viral di platform media sosial Douyin (TikTok versi China). Seorang influencer dari generasi Z (gen Z) menceritakan perjuangannya bekerja di empat tempat berbeda setiap hari untuk mencapai financial freedom atau kebebasan finansial.

Perempuan berusia 23 tahun itu meraup penghasilan hingga USD 1.380 per bulan, setara dengan Rp 21 juta. Meski harus menjalani kehidupan yang sangat sibuk, ia tetap fokus pada tujuan finansialnya.

Rutinitas Padat demi Mencapai Impian

Dalam kesehariannya, perempuan ini bangun pukul 04.00 pagi untuk bersiap masuk kerja sebagai staf dapur restoran mulai pukul 05.30. Pada waktu istirahat, ia menyempatkan diri menjadi penjaga hewan peliharaan dengan mengunjungi rumah klien untuk memberi makan kucing dan membersihkan kotak kotoran mereka.

Setelah menyelesaikan shift restoran pada pukul 17.30, ia langsung menuju pekerjaan keduanya di sebuah toko makanan penutup hingga pukul 23.00 malam. Tidak berhenti di situ, ia melanjutkan aktivitasnya dengan mengedit video untuk akun media sosialnya hingga tengah malam.

Baca Juga:  Terlibat Korupsi, Mantan Kepala Bank of China Divonis Hukuman Mati dengan Penangguhan

Berkat usaha kerasnya, perempuan ini berhasil mengumpulkan penghasilan hingga Rp 21 juta per bulan. Meski banyak warganet yang memuji dedikasinya, tidak sedikit yang mengkritik gaya hidupnya karena dianggap terlalu melelahkan.

Menanggapi kritik tersebut, ia menjelaskan bahwa rutinitas padat itu tidak dilakukan setiap hari. “Kalau saya merasa lelah atau tidak enak badan, saya berhenti. Tidak se-ekstrem yang dipikirkan orang,” ujarnya.

Tantangan Ekonomi bagi Gen Z di China

Cerita perempuan ini juga mencerminkan tantangan ekonomi yang dihadapi generasi Z di China. Pertumbuhan ekonomi negara tersebut mengalami perlambatan setelah beberapa dekade berkembang pesat.

Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, kini menghadapi kondisi ekonomi yang sulit. Lulusan universitas di China pada 2023 rata-rata menerima gaji bulanan hanya USD 1.160 (Rp 18 juta), lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Krisis properti, utang pemerintah daerah, serta pandemi COVID-19 semakin memperburuk kondisi. Tingkat pengangguran di kalangan generasi muda berusia 16-24 tahun mencapai 21 persen pada Juli 2023. Tak lama setelah data ini dirilis, pemerintah China memutuskan untuk menghentikan publikasi angka pengangguran pemuda.

Baca Juga:  Terlibat Korupsi, Mantan Kepala Bank of China Divonis Hukuman Mati dengan Penangguhan

Upaya Pemerintah untuk Membantu Kaum Muda

Sebagai langkah mitigasi, pemerintah China berupaya meningkatkan peluang kerja melalui program magang yang disubsidi. Namun, kebijakan ini belum cukup untuk mengatasi jumlah pengangguran lulusan baru yang mencapai 11,6 juta orang pada 2023.

Houze Song, seorang peneliti dari Paulson Institute di Chicago, mengatakan bahwa krisis properti dan utang pemerintah daerah menjadi hambatan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. “Saya yakin tingkat pengangguran di kalangan muda kemungkinan akan terus meningkat,” ujarnya.

Inspirasi dan Realitas

Kisah perempuan gen Z yang bekerja keras ini mencerminkan dua sisi kehidupan generasi muda di China: inspirasi untuk gigih mengejar mimpi dan realitas sulitnya kondisi ekonomi yang memaksa mereka bekerja ekstra keras.

Sementara itu, perjuangan seperti ini menunjukkan bahwa dengan dedikasi tinggi, tujuan kebebasan finansial bukanlah hal yang mustahil, meski harus melewati banyak rintangan di sepanjang jalan.