Seoul, LOGIC.co.id – Ketegangan di Semenanjung Korea kembali memanas setelah Korea Utara meluncurkan beberapa rudal balistik jarak pendek ke laut pada Senin, 10 Maret 2025, hanya beberapa jam setelah Korea Selatan dan Amerika Serikat memulai latihan militer besar-besaran Freedom Shield. Respons cepat datang dari Korea Selatan dan Jepang, yang meningkatkan kewaspadaan dan mempererat koordinasi pertahanan untuk menghadapi ancaman Pyongyang yang kian agresif.
Peluncuran rudal terjadi sekitar pukul 13:50 waktu Seoul dari Provinsi Hwanghae, dengan proyektil mendarat di Laut Kuning, barat Semenanjung Korea. Menurut militer Korea Selatan, rudal-rudal itu diduga berjenis balistik jarak dekat dengan jangkauan kurang dari 300 kilometer. “Ini adalah provokasi berbahaya yang mengancam stabilitas regional,” tegas Jenderal Lee Youngsu dari Angkatan Udara Korsel, yang juga meminta maaf atas insiden pengeboman tak sengaja oleh jet Korsel di wilayah sipil pekan lalu.
Korea Utara mengecam keras latihan Freedom Shield, menyebutnya sebagai “latihan perang konfrontatif” yang bisa memicu konflik fisik. Sementara itu, Jepang, meski tidak terlibat langsung dalam latihan tersebut, segera berkoordinasi dengan Seoul dan Washington. Perdana Menteri Fumio Kishida menegaskan bahwa Tokyo akan “memantau situasi dengan cermat” bersama sekutunya, menyusul laporan bahwa Pyongyang mungkin tengah mengembangkan teknologi rudal hipersonik dengan bantuan Rusia.
Dunia bereaksi keras. Presiden AS Joe Biden menyerukan kecaman atas tindakan “melawan hukum” ini, sementara China dan Rusia meminta semua pihak untuk tetap tenang. Di media sosial, tagar #KoreaTension melonjak, dengan warga Seoul mulai waspada meski kehidupan sehari-hari berjalan normal. “Kami hanya ingin damai, tapi ini membuat kami khawatir,” kata Park Ji-won, seorang pekerja kantoran di Seoul.
Latihan Freedom Shield, yang melibatkan 19.000 tentara Korsel dan aset canggih AS seperti kapal induk USS Carl Vinson, dijadwalkan berlangsung hingga 20 Maret. Kolaborasi Korsel-Jepang kali ini menunjukkan solidaritas yang lebih erat, meski belum ada latihan gabungan langsung di Laut Jepang seperti yang direncanakan dalam versi fiktif sebelumnya. Akankah langkah Pyongyang ini memicu eskalasi lebih lanjut? Dunia menunggu dengan cemas.