LOGIC.co.id – Memasuki musim kemarau 2025, sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diprediksi akan mengalami kekeringan. Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi Yogyakarta, sebanyak 25 kapanewon (kecamatan) di DIY teridentifikasi berisiko tinggi mengalami kekeringan pada puncak musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada Juli hingga Agustus 2025.
Kepala Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Reni Kraningtyas, menjelaskan bahwa ancaman kekeringan dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya adalah rendahnya curah hujan, kurang optimalnya pengelolaan sumber daya air, hingga struktur geologis wilayah tertentu.
“Misalnya, wilayah karst seperti di Gunungkidul memiliki daya simpan air yang rendah, sehingga rentan mengalami kekeringan,” ujar Reni kepada LOGIC.co.id, Sabtu (12/4/2025).
Daftar Wilayah DIY yang Berpotensi Kekeringan 2025
Wilayah yang diprediksi terdampak tersebar di empat kabupaten: Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, dan Sleman. Berikut rinciannya:
Kabupaten Bantul:
- Pajangan
- Pandak
- Sedayu
- Piyungan
- Kretek
- Pundong
- Imogiri
- Dlingo
Kabupaten Gunungkidul:
- Panggang
- Purwosari
- Paliyan
- Saptosari
- Tepus
- Tanjungsari
- Rongkop
- Girisubo
- Semanu
- Ponjong
- Wonosari
- Playen
Kabupaten Kulonprogo:
- Pengasih
- Kokap
- Girimulyo
- Samigaluh
Kabupaten Sleman:
- Prambanan
Awal Musim Kemarau 2025 di DIY: Tidak Serentak
Berdasarkan informasi dari akun resmi Instagram @stakltim_jogja, Stasiun Klimatologi Yogyakarta mengungkap bahwa awal musim kemarau di DIY tidak terjadi secara serempak, melainkan berbeda-beda tergantung wilayah dan dasarian (periode 10 harian) kedatangan musim kemarau.
Berikut prediksi awal musim kemarau 2025 berdasarkan dasarian:
April Dasarian III (21–30 April):
- Kulonprogo bagian tengah dan selatan
- Sleman bagian selatan
- Bantul
- Kota Yogyakarta
- Gunungkidul bagian utara dan barat daya
Mei Dasarian I (1–10 Mei):
- Sleman bagian utara dan tengah
Mei Dasarian II (11–20 Mei):
- Gunungkidul bagian tengah dan selatan
Mei Dasarian III (21–31 Mei):
- Kulonprogo bagian tengah
Antisipasi dan Mitigasi
Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah yang telah disebutkan, untuk mulai melakukan langkah antisipatif seperti konservasi air, pemanfaatan embung, dan pengaturan jadwal irigasi guna meminimalkan dampak kekeringan.
Pemerintah daerah diharapkan dapat memantau potensi dampak kekeringan, terutama terhadap kebutuhan air bersih dan pertanian, yang berpotensi terganggu selama musim kemarau panjang.