Gaza, LOGIC.co.id – Meski Jalur Gaza hancur akibat perang Israel-Hamas sejak Oktober 2023, warga Palestina tetap bertekad membangun kembali restoran dan hotel mereka sendiri. Mereka menolak rencana Donald Trump yang ingin mengubah Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah” di bawah kendali Amerika Serikat.
Sebelum konflik, Gaza memiliki banyak tempat wisata lokal di sepanjang pantai Mediterania, meskipun menghadapi blokade berkepanjangan. Kini, semangat warga Gaza tetap menyala untuk membangun kembali kehidupan mereka.
Warga Gaza Tolak Intervensi Asing
Assad Abu Haseira, seorang warga Gaza yang memiliki restoran, menegaskan bahwa mereka tidak membutuhkan campur tangan asing untuk membangun kembali usaha mereka.
“Tidak ada yang tidak dapat diperbaiki. Kami tetap orang Arab, dan sejarah kami tidak akan tergantikan oleh sejarah orang asing,” ujar Assad, dikutip dari Reuters, Sabtu (8/2/2025).
Senada dengan itu, Mohammed Abu Haseira, pemilik restoran lainnya, juga menentang rencana Trump.
“Trump ingin mendirikan restoran dan hotel di Gaza, tapi mengapa harus menghancurkan yang sudah ada? Kami akan membangunnya kembali, bahkan lebih baik dari sebelumnya,” tegasnya.
Gaza Pernah Jadi Destinasi Wisata Populer
Sebelum diambil alih oleh Hamas pada 2007, Gaza sempat menjadi tujuan wisata favorit wisatawan Israel. Bahkan setelah itu, deretan restoran dan kafe tetap menghiasi tepi pantai Gaza.
Namun, usulan Trump yang ingin membersihkan Jalur Gaza dari penduduk Palestina dan mengubahnya menjadi resor internasional kembali memicu kecaman global.
Banyak pihak menyebut rencana ini sebagai bentuk pembersihan etnis, yang bertentangan dengan hukum internasional.
“Nakba” Baru bagi Palestina?
Bagi warga Palestina, wacana ini mengingatkan mereka pada “Nakba” atau bencana pada 1948, ketika sekitar 700.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka setelah berdirinya negara Israel.
Kini, mereka bersumpah tidak akan meninggalkan tanah mereka, bertekad membangun kembali kehidupan meski reruntuhan masih mengelilingi mereka.