Iklan - Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Krisis Populasi di Korea Selatan, Puluhan Sekolah Terpaksa Ditutup

Sekolah dasar korea selatan tutup karena krisis populasi
Sebuah ruang kelas di Sekolah Dasar Joongni di Pocheon, Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan, terlihat kosong pada tanggal 4 Maret 2024. Sekolah tersebut tidak menerima siswa baru pada tahun tersebut dan dijadwalkan akan ditutup pada 1 Maret 2025. (Foto: LOGIC.co.id)

Seoul, LOGIC.co.id – Krisis populasi di Korea Selatan semakin parah, menyebabkan puluhan sekolah di negara tersebut terpaksa ditutup akibat minimnya jumlah murid baru.

Menurut data Kementerian Pendidikan Korea Selatan, sebanyak 49 sekolah dasar, menengah, dan atas akan resmi ditutup tahun ini, dengan 43 di antaranya berada di luar ibu kota. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan lima tahun terakhir, di mana pada 2020 sebanyak 33 sekolah ditutup, 24 sekolah pada 2021, 25 sekolah pada 2022, dan 22 sekolah pada 2023.

Advertisement

Sebagian Besar yang Ditutup adalah Sekolah Dasar

Dari total 49 sekolah yang akan tutup tahun ini, sebanyak 38 merupakan sekolah dasar, sementara delapan sekolah menengah pertama dan tiga sekolah menengah atas.

Penutupan terbanyak terjadi di Provinsi Jeolla Selatan (10 sekolah), Chungcheong Selatan (9 sekolah), Jeolla Utara (8 sekolah), dan Gangwon (7 sekolah). Selain itu, enam sekolah di Provinsi Gyeonggi, dua di Busan, dan satu di Daegu juga turut terdampak.

Baca Juga:  Ribuan Warga Korea Selatan Demo Tuntut Presiden Yoon Suk Yeol Mundur

Tak hanya itu, banyak sekolah dasar di Korea Selatan yang tidak memiliki murid baru. Per April 2024, data kementerian menunjukkan bahwa 112 sekolah dasar di seluruh negeri tidak menerima satu pun siswa baru.

Advertisement

Faktor Penyebab Krisis Populasi

Menurunnya angka kelahiran di Korea Selatan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

  • Beban ekonomi tinggi: Biaya membesarkan anak yang mahal membuat banyak pasangan ragu untuk memiliki anak.
  • Sulitnya kembali bekerja setelah melahirkan: Wanita Korea Selatan sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan karier setelah memiliki anak.
  • Jam kerja panjang: Budaya kerja di Korea Selatan yang menuntut waktu kerja panjang membuat banyak pasangan menunda atau bahkan menolak untuk memiliki anak.
  • Harga properti yang tinggi: Harga rumah yang semakin mahal membuat pasangan muda kesulitan untuk membangun keluarga.
Baca Juga:  Presiden Korea Selatan Minta Maaf atas Darurat Militer: "Saya Sangat Menyesal"

Pemerintah Gagal Meningkatkan Angka Kelahiran

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Korea Selatan telah mengeluarkan miliaran dolar AS untuk berbagai program insentif, seperti subsidi perumahan, bantuan tunai bagi pasangan yang memiliki anak, serta subsidi pengasuh bayi. Sayangnya, upaya ini masih belum membuahkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan angka kelahiran.

Dengan tren populasi yang terus menurun, jumlah sekolah yang ditutup diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar terhadap masa depan pendidikan dan tenaga kerja di Korea Selatan.

 

Simak Breaking News nasional dan internasional pilihan terbaik langsung di ponselmu. Ikuti WhatsApp Channel kami: https://whatsapp.com/channel/0029Vb4FeCF0QeapYGGs0y0r