GAZA, LOGIC.co.id – Militer Israel telah menarik pasukannya dari Koridor Netzarim, wilayah strategis yang selama ini membelah Jalur Gaza. Penarikan ini merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.
Sebelumnya, zona ini dijaga ketat oleh pasukan Israel untuk mencegah warga Palestina yang dievakuasi kembali ke utara. Dengan mundurnya pasukan Israel, sebagian besar wilayah utara Gaza kini tidak lagi berada di bawah kendali langsung militer Israel.
Langkah ini dilakukan saat delegasi Israel mengunjungi Qatar untuk membahas pembebasan lebih lanjut sandera Israel dan tahanan Palestina sebagai bagian dari tahap awal perjanjian gencatan senjata.
Israel Hadapi Tekanan Publik
Pada Sabtu (3/2/2025), tiga sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dalam kondisi yang tampak lemah dan kekurangan gizi. Hal ini memicu reaksi keras di Israel, dengan banyak pihak membandingkan kondisi mereka dengan korban Holocaust.
Tekanan semakin meningkat terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mempercepat negosiasi dan memastikan pembebasan sandera lainnya. Netanyahu sendiri menegaskan bahwa Hamas bertanggung jawab atas kondisi sandera dan memperkirakan lebih banyak sandera akan dibebaskan dalam beberapa hari mendatang.
Dalam wawancara dengan Fox News, Netanyahu menyatakan bahwa tujuan utama Israel di Gaza adalah:
- Menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.
- Membebaskan semua sandera.
- Mencegah Gaza menjadi ancaman bagi Israel di masa depan.
Namun, kemajuan dalam negosiasi masih belum jelas karena Netanyahu dijadwalkan menggelar pertemuan dengan pejabat keamanan utamanya dalam beberapa hari ke depan.
Tantangan Menuju Perdamaian
Penarikan penuh Israel dari Koridor Netzarim merupakan salah satu syarat utama dari fase pertama gencatan senjata, yang berdurasi 42 hari. Dengan mundurnya pasukan Israel, keberlanjutan perjanjian ini menjadi kunci bagi kemungkinan berakhirnya perang di Gaza secara keseluruhan.
Namun, tantangan baru muncul setelah mantan Presiden AS, Donald Trump, mengusulkan bahwa AS dapat mengambil alih Gaza dan mengubahnya menjadi “Riviera di Timur Tengah” dengan merelokasi warga Palestina.
Pernyataan ini langsung mendapat kecaman dari Arab Saudi, yang kembali menegaskan bahwa perdamaian hanya bisa dicapai dengan pembentukan negara Palestina yang berdaulat. Diplomasi internasional masih mencari solusi atas konflik yang terus berlarut ini.
Serangan Israel di Tepi Barat Berlanjut
Meskipun pasukan Israel mundur dari Gaza, mereka tetap melanjutkan operasi militer di Tepi Barat. Pada Minggu (4/2/2025), dua warga Palestina, termasuk seorang perempuan hamil delapan bulan, tewas dalam serangan di kamp pengungsi Nour al-Shams di Tulkarm.
Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi kematian tersebut, tetapi militer Israel belum memberikan komentar terkait insiden ini.
Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri Gaza memperingatkan warga Palestina yang kembali ke utara agar tetap berhati-hati karena kendaraan mereka masih dapat diperiksa oleh kontraktor keamanan asing untuk mencegah penyelundupan senjata dari selatan.