Jakarta, LOGIC.co.id – Setelah lebih dari dua dekade menemani jutaan pengguna di seluruh dunia, Skype resmi akan ditutup oleh Microsoft pada 5 Mei 2025. Aplikasi yang pernah menjadi raja panggilan video dan suara ini kini harus mengakhiri perjalanannya. Apa yang membuat Skype, yang dulu begitu dominan, akhirnya “menyerah”? Berikut adalah 5 alasan utama di balik penutupan Skype yang wajib Anda ketahui.
1. Persaingan Ketat dari Aplikasi Modern
Skype memang pelopor panggilan video, tapi kini ia kalah saing dengan aplikasi seperti WhatsApp, Zoom, dan Google Meet. Aplikasi-aplikasi ini menawarkan fitur yang lebih simpel, cepat, dan terintegrasi dengan kebutuhan masa kini. WhatsApp, misalnya, memungkinkan panggilan gratis tanpa perlu akun khusus, sementara Zoom menjadi favorit untuk rapat daring selama pandemi. Skype, dengan antarmuka yang mulai terasa ketinggalan zaman, tak mampu lagi bersaing di pasar yang penuh inovasi.
2. Pergeseran Fokus Microsoft ke Teams
Sejak mengakuisisi Skype pada 2011 seharga 8,5 miliar dolar AS, Microsoft perlahan beralih ke Microsoft Teams sebagai platform komunikasi utama. Teams, yang awalnya dirancang untuk bisnis, kini diperluas untuk penggunaan pribadi dengan fitur seperti obrolan grup, integrasi Office 365, dan panggilan video berkualitas tinggi. Microsoft tampaknya ingin menyatukan semua layanan komunikasinya di bawah satu payung dan Skype menjadi “korban” dari strategi ini.
3. Penurunan Jumlah Pengguna Aktif
Pada masa kejayaannya di awal 2010-an, Skype memiliki lebih dari 300 juta pengguna bulanan. Namun, data terakhir pada 2023 menunjukkan angka itu merosot drastis menjadi sekitar 36 juta pengguna aktif. Penurunan ini terjadi karena banyak pengguna beralih ke alternatif yang lebih praktis. Dengan basis pengguna yang terus menyusut, mempertahankan Skype menjadi kurang menguntungkan bagi Microsoft, baik dari segi biaya operasional maupun pengembangan.
4. Teknologi Usang dan Kurangnya Inovasi
Skype pernah menjadi yang terdepan dalam teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol), tapi seiring waktu, inovasinya tertinggal. Fitur-fitur seperti panggilan grup besar, berbagi layar, atau enkripsi ujung-ke-ujung yang kini jadi standar di aplikasi lain terlambat diadopsi oleh Skype. Antarmuka yang kaku dan masalah teknis seperti panggilan terputus juga sering dikeluhkan pengguna, membuat Skype kehilangan daya tariknya.
5. Perubahan Kebutuhan Pengguna di Era Digital
Di era 2000-an, Skype adalah solusi revolusioner untuk komunikasi jarak jauh dengan biaya murah. Namun, kebutuhan pengguna kini telah berubah. Orang-orang menginginkan aplikasi yang tidak hanya untuk panggilan, tapi juga pesan instan, kolaborasi, dan integrasi dengan alat produktivitas lainnya. Skype, yang fokus pada panggilan tradisional, gagal beradaptasi sepenuhnya dengan tren ini, sementara Microsoft Teams dan kompetitor lainnya berhasil memenuhi ekspektasi baru tersebut.
Akhir dari Nostalgia Digital
Penutupan Skype bukan sekadar berita teknologi, tapi juga akhir dari sebuah era. Bagi banyak orang, Skype adalah kenangan manis dari panggilan malam dengan teman di luar negeri hingga obrolan video pertama dengan keluarga jauh. Namun, di tengah persaingan sengit dan perubahan zaman, Microsoft memilih untuk melepas Skype dan mengalihkan fokus ke masa depan dengan Teams.
Hingga 5 Mei 2025, pengguna masih bisa menikmati Skype dan memindahkan datanya ke Microsoft Teams. Setelah itu, aplikasi ini akan menjadi bagian dari sejarah digital. Apa pendapat Anda tentang keputusan ini? Apakah Anda akan merindukan Skype, atau justru menyambut perubahan ke Teams? Tulis di kolom komentar!